dunia dalam dunia

Senin, 22 Oktober 2012

setelah perpisahan ku masih tak mengerti mengapa kini ku mencari bayangmu
inginya ku kembali inginya ku ulangi semua cerita indah kita dulu 
mungkinkah masih akan ada cerita antara kita dan ku pun mengerti maknanya
ataukah tiada ku bisa menepis bayang-bayangmu ketika kau pergi jauh

bertabur sepi-sepi ketika kau pun pergi 
tinggalkan ku sendiri mengingatmu dalam malam-malam sunyi 
hiaskan mimpi-mimpi mungkinkah kau kan kembali 
dan kau utarakan semua tentang perihnya perpisahan kita

andainya kau sadari andainya kau pahami semua derita yang ku alami
tak dapat ku berkata tak dapat ku memanggil namamu karna kini kau tlah jauh 
mungkinkah masih akan ada cinta antara kita antara kau dan aku

Lirik : perpisahan_

Kamis, 04 Oktober 2012

cerpen LDR


PERNIKAHAN ATAU PERPISAHAN???
Denting lonceng terdengar, jam menunjukan pukul 02:00, dini hari. Sepagi ini, mataku masih terjaga. Sama sekali tak mau terpejam. Hanya bisa memandang sosok pria yang menjadi wallpaper di handphoneku. Sosok pria yang membuat pikiranku berlari-lari. Berimajinasi hingga terhenti pada satu titiki. Kamu. KAMAL ANDESTA.
Pria kelahiran 22 tahun silam, yang selama 3 tahun ini setia menjadi kekasihku. Pria berbadan tegap, tinggi, berkulit sawo matang. Secara fisik,menurutku Kamal cukup tampan. Wajahnya setipe dengan aktor terkenal, Vino G Bastian. Aku beruntung mempunyai kekasih seperti kamal. Dia pria yang bisa menjagaku, menerima aku apa adanya. Aku bukanlah seorang wanita cantik bak bidadari, aku juga bukan wanita cerdas yang bergelimang harta. Aku hanyalah gadis dari keluarga sederhana yang menghuni sebuah kota kecil di Pulau Jawa, Purwokerto. Kamal, kekasih yang satu tahun terakhir ini tak bisa ku gapai. Jauh jarak, jauh dimata namun selalu dekat di hatiku. Longdistance Relationship. Yah, itulang yang kami jalani sekarang.
Beratus-ratus, bahkan beribu-ribu meter jarak yang terbentang diantara kita. Jawa- Kalimantan.Bukan hal mudah menjalani hubungan dengan jarak sejauh ini. Apalagi dengan kesibukan kami masing-masing. Aku yang bekerja sebagai karyawati di sebuah perusahaan swasta di pulau Jawa, dan Kamal bekerja di Bandara di Kalimantan Selatan.
*****
Saturday night, 26 Februari 2009.
Kamal menutup mataku dengan sehelai kain. Aku dituntunnya menyusuri jaln. Aku tak tau apa yang akan dilakukanny pdaku. Setelah Kamal membuka penutup mata itu, barulah aku tau. Aku ada di tepi sebuah danau, merdu gemericik air,dan kilauan sinar bulan dan bintang yang berpadu dengan kerlip cahaya dan kunang-kunang. Disitu ada 2 buah kursi dan satu meja yang di atasnya cantik berhiaskan mawar putih. Bunga favoritku. Romantis.
“Ada yang ingin aku katakan padamu, Thya”. Kata Kamal, sembari mempersilahkan aku duduk.
“Apa?”
Kamal bangkit dari duduknya, dia menghampiriku dan duduk bertumpu pada lututnya. Kamal mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah cincin yang sangat cantik
“Thya, aku sayang kamu. Apa kamu mau jadi pacarku?”.
Really? Aku juga sayang sama kamu. Aku mau jadi pacar kamu.” Jawabku dengan malu.
Kamal terlihat sangat bahagia, begitupun denganku. Dia memakaikan cincin cantik itu di jariku. Malam itu menjadi malam yang indah, bahkan mungkin terlalu indah untuk kita. Alamlah yang menjadi saksi awal kisah cinta kita. Alam yang menjadi sasksi kebahagiaan kita.
Hampir setiap hari kita lalui bersama, walaupun hanya sekedar mengantar atau menjemputku di sekolah. Ya, waktu itu kita masih sama- sama sekolah. Umurku saat itu masih 16 tahun, dan Kamal 19 tahun. Kami bersekolah di tempat yang berebeda. Karena alasan sekolah itulah, orangtuaku melarangku menjalin hubungan melebihi teman atau sahabat. Mereka takut kalau nantinya itu akan menganggu sekolahku. Dengan terpaksa kita menjalani backstreet.
Buatku, Kamal adalah pria terbaik yang pernah ku kenal. Perhatian, sederhana dan dia sosok pria yang bertanggung jawab. Tak hanya menjadi kekasih, Kamal juga menjadi sahabat baik untukku. Teman setiap hariku. Sepi, susah, sedih, senang, tawa, tangis dia selalu ada untukku. Rasanya, ketulusan itu benar ada dan hanya untukku.
*****
Suatu hari, Kamal mengajakku bertemu di sebuah café di sebuah maal. Saat itu, kalender akademik menunjukan H-3 sebelum Kamal mengikuti UAN.
“Sayang, aku pingin tanya sesuatu sama kamu.”
“Tanya apa si ay? Serius amat kayaknya.” Jawabku dengan raut wajah penasaran.
“Thy, kalau kita Longdis kamu mau ngga?”
“Longdis! Emang kamku mau pergi kemana?
“Setelah lulus nanti, aku bakal ke Kalimantan. Aku akan bekerja di sebuah bandara, ikut om ku. Mau kan nunggu aku pulang?”
Aku kaget. Aku tak menjawabnya. Hanya bisa diam, dan perlahan air mataku jatuh membasahi pipiku.
Thy, jangan menangis. Aku pergi buat sementara. Aku Cuma kerja, aku pasti bakal balik ke Jawa. Aku pasti pulang dan melamarmu.” Ucapnya dengan suara sendu sembari mengusap air mataku.
“Dengar aku uthya, aku pergi untuk kita. Untuk masa depan kita. Untuk kebahagiaan kita.”
Kata-kata yang meyakinkanku. Aku tak menyangka, pria berumur 19tahun bisa mengatakan sesuatu yang menurutku itu kata-kata yang menunjukan kedewasaan seseorang.
*****
Waktu berpisah pun datang. 14 agustus 2009. 22:00 WIB. Stasiun Kereta Api.
Aku mengantar Kamal ke stasiun. Kita berdua duduk di deretan kursi tunggu yang tersedia. Sambil menunggu kereta datang, Kamal banyak bercerita padaku. Tentang keluarganya. Selama kita berpacaran, baru kali ini dia bercerita tentang kehidupan pribadinya. Kamal memang pria yang tertutup, tak terkecuali denganku kekasihnya. Kini aku tau, Kamal adalah sosok pria yang mandiri. Sejak ia berumur 8tahun ia sudah ditinggal oleh ibunya bekerja di Luar Negeri. Sedangkan ayahnya sudah meniggal dunia saat ia masih dalam kandungan karena mengalami kecelakaan.
Kamal termasuk anak yang cerdas. Ketika SMP, dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Kamal pun akhirnya diangkat sebagai anak oleh kepala sekolah tempat ia melanjutkan sekolahnya.
Suara khas stasiun terdengar. Kereta yang kita tunggu sudah datang. Kamal bergegas menghampiri kereta itu.
“Sayang aku ke Jogja. Besok pagi barulah aku terbang ke Kalimantan. Do’akan aku.” Kata Kamal sembari memelukku.
Air mataku tak henti-hentinya menetes. Rasanya aku tak ingin melepas pelukannya.
Aku hanya pergi tuk sementara
Bukan tuk meninggalkanmu selamanya
Ku pasti kan kembali pada dirimu…
Lirik lagu itu… Kamal menyanyikannya sebelum ia memasuki kereta. Air mataku kian deras mengucur.
“Tunggu aku pulaaang… Aku akan datang melamarmu!” teriak Kamal dari dalam kereta yang kian jauh meninggalkanku.
Aku hanya menjawabnya denagn senyum haru. Ya tuhan… jaga dia, jaga hatinya, jaga cintanya untukku. Tuntunlah dia selalu di jalanMu. Pertemukanlah kita dalam kebahagiaan ikatan suciMu.
*****
With you is where I’d rather be
But we’re stuck where we are
And it’s so hard, you’re so far
This londistance is killing me
I wish that you were here with me…
Lagu longdistance – Bruno Mars terdengar nyaring dari handphoneku. Kamal menelponku.
“Pagi saying” sapa Kamal dengan manjanya
“Pagi juga ay. Gimana? Udah sampe?”
“Udah sayang. Hari ini aku mulai kerja, jadi mungkin  aku bakal sibuk dan ngga bias temenin kamu seharian. Ngertiin aku ya sayang.”
“huh… Iya deh.”
Yap!! Kamal benar- benar sibuk sekarang. Dia mulai bekerja. Dan aku benar-benar merasa sepi. Berkali-kali sms bahkan telpon, semuanya tak pernah dijawab. Hingga hari-hari berikutnya pun, sama.
Ini LDR pertama kita, awalnya memang susah. Kita sering salah paham, bahkan sampai bertengkar hebat. Aku harus lebih bisa bersabar dan mengerti kesibukan Kamal.
“Aku sibuk untuk kita. Untuk masa depan kita. Untuk kebahagiaan kita.”
Hubungan kita hanya bergantung pada komunikasi; sms, telefon, facebook, twitter,skype semua itu cukup membuat kita meras dekat meski sebenarnya kita terpisahkan oleh bentangan laut luas.
*****
Waktu terus berputar, hari berganti hari, bulan berganti bulan. Ini bulan ke 4 setelah perpisahan itu. Sampai akhirnya, 31 Desember 2009 Kamal mengirim pesan singkat untukku.
Sayang, lagi dimana? Rumah kan?
Tolong bukain pintu yaa…
Aku udah di depan nih…
Oh my God!!! Surpriseee….! Aku berlari dengan senangnya dan segera membuka pintu. Orang yang aku sayang, yang selama 4bulan ini telah berpisah denganku, akhirnya bertemu lagi sekarang. Kita pergi, berdua menghabiskan waktu bersama. Melewati kemeriahan pesta tahun baru. Sungguh indah hari ini.
Keesokan harinya Kamal kembali datang ke rumahku. Dia bertemu dengan ayahku. Aku pikir, ayah akan senang karena sekarang aku telah mempunyai teman lelaki yang mencintaiku, yang bias menjagaku. Tapi ternyata apa yang terjadi sangat bertolak belakang dengan apa yang aku harapkan dan apa aku bayangkan. Ayah justru tak suka melihat Kamal dekat denganku. Siang itu, ayah marah besar dengan Kamal. Ayah menyuruh Kamal untuk pergi dari rumah dan kembali ke Kalimantan.
“Thya! Masuk ke kamarmu!!Dan kamu Kamal, pergi!
Jangan kembali lagi ke rumah ini!” bentak ayah sembari mendorong Kamal pergi keluar dari rumah.
Ya Tuhan…. Kenapa semua jadi seperti ini. Aku tak bias berbuat apa-apa. Apakah aku harus mengakhiri cintaku dan melupakan Kamal. Rasanya, tak mungkin. Aku sangat mencintainya. Setelah kejadian itu, hingga 3hari kemudian, Kamal tak menghubungiku. Telefon, sms semuanya tak dijawab olehnya. Ya Tuhan… Apa lagi ini? Apakah Kamal masih marah karena sikap ayah? Tuhan, sampaikan maafku pada Kamal. Apapun yang terjadi aku tetap mencintai Kamal.Aku yakin, ayah pasti akan luluh jika kita bias meyakinkan ayah bahwa kita saling mencintai.
*****
Sayang maafin aku..
Jujur, aku kecewa sama ayah kamu. Tapi aku ngga akan menyerah, aku akan tetep sayang dan cinta kamu. Aku yakin ayah pasti bakal restuin kita suatu saat nanti.
Aku udah di Kalimantan, maaf aku ngga pamit sama kamu.
Aku takut kamu makin sedih.
I love you.
Pesan singkat itu dari Kamal. Begitu teganya dia meninggalkan ku dengan keadaan seperi ini. Tapi aku harus bangkit, ini bukan saatnya aku terpuruk dengan kesedihan dan kesendirianku. Aku harus buktikan npada ayah bahwa kami memang saling mencintai, dan kami akan bahagia jika kami bersama.
Hari demi hari terus aku lalui, tentunya tanpa Kamal disisiku. Rasanya tak kuat menahan rindu terus-menerus, ini bulan ke 10 setelah dia kembali ke Kalimantan dan kita tak bertemu lagi sejak saat itu. Harus berapa lama lagi aku menunggunya? Terkadang sepi memaksaku tuk berpaling darinya, tapi hati ini tak pernah bisa. Aku hanya mencintai Kamal.
*****
Satu tahun kemudian. 2 Januari 2010. Siang itu, sepulang kuliah aku melihat ada mobil terparkir di depan rumahku. Ternyata, itu milik Kamal. Dia pulang dengan kesuksesannya yang selama ini dia perjuangkan. Satu hal yang sangat tak ku sangka, ternyata Kamal sudah berada di rumahku sejak siang tadi. Dia banyak berbincang dengan ayahku.
“Thya, aku disini untukmu. Malam ini berdandanlah yang cantik. Aku akan kembali kesini dan melamarmu” ucap Kamal saat melewatiku dan pergi meninggalkan rumahku.
Malam yang ku tunggu datang juga. Malam terindah dari malam-malam indah yang pernah kita lalui sebelumnya. Semua keluarga berkumpul, bersuka cita merayakan pertunanganku dan Kamal malam ini. Hari yang penuh kejutan special, aku tak akan pernah melipakan hari ini.
Namun sayang, aku dan Kamal tak bias merayakan kebahagiaan ini berdua. Besok Kamal harus kembali ke Kalimantan, banyak tugas yang menunggunya disana.
*****
“Thya, jemput aku di bandara. 24 Juni 2010, hari itu juga aku akan menikahimu. Semoga itu jadi kado ulang tahun terindah buat kamu.”
Really?? Berarti aku mesti ke Jogja dan jemput kamu di bandara?”
“Iya, kali ini aku mau kamu jadi orang pertama yang aku liet begitu aku sampai di Jawa. Mau kan sayang?”
“Iya sayang, tentu. I’m waiting for you.”
Yaaahhh…. Aku ditinggal lagi, longdis lagi. Tapi kali ini pasti akan menjadi penentian yang bakal beras lebih lama. Ngga sabar nunggu dipinang sama Kamal. Hehehe
*****
Hari ini, 24 Juni 2010. Aku udah ada di Jogja, tepatnya di bandara Adi Sutjipto. Menanti pangeranku datang…. J Hari yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Baru 5 menit di bandara tapi udah berasa lama aja. Dengan setianya aku nunggu Kamal sambil duduk-duduk santai mengotak-atik gadjet baruku yang memang sengaja aku bawa buat temen nunggu.
Ngga terasa, aku udah duduk selama ini. Seharusnya Kamal sampai disini sejak 2jam lalu. Aku tak mungkin menghubunginya, dalam pesawat tak mungkin diperbolehkan menggunakan handphone. Aku mencoba mencari tau penyabab keterlambatan pesawat yang ditumpangi Kamal kepada petugas bandara, tapi ta ada satu pun yang menjawabnya. It’s okey! Mungkin memang ada gangguan disana. Aku coba tenangin diri aku dan kembali duduk.
….
Baru saja kami mendapat laporan bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat terbang.
Samar-samar aku mendengar suara dari sebuah televisi yang ada di ruang tunggu. Semua orang menghampiri televisi tersebut. Tak begitu jelas suara yang bias ku dengar sebab sebagian orang mendadak menangis histeris setelah melihat berita itu. Aku mencoba menyusup ditengah kerumunan orang agar bisa lebih dekat melihat berita itu.
Tas.. Jaket itu? Bukankah itu hadiah yang aku berikan pada Kamal? Kenapa pria itu terbungkus kantong mayat? Apa itu Kamal??? Ya Tuhan…. Ngga mungkin. Perkiraanku kali ini pasti salah.
Begitu banyak pertanyaan yang seketika muncul saat aku melihat berita itu, air nataku tak hentinya menetes. Aku takut, aku khawatir. Apa pria yang ku lihat dalam berita tadi adalah pangeranku, Kamal? Setelah mencari informasi kesana-kemari setelah berjam-jam, akhirnya aku menemukan data.
KAMAL ANDESTA. Dia calon suamiku! Namanya tercatat dalam DAFTAR KORBAN JIWA (PENUMPANG). Ya Tuhan….!!! Jadi, pangeranku? Orang yang hari ini akan menjadi suamiku.. Dia.. Dia meninggalkanku untuk selama-lamanya???? Ngga!! Ini ngga mungkin, dan ngga boleh terjadi!!
Begitu sakitnya hati ini. Sangat-sangat sulit untuk bisa ku percaya. Tapi, inilah yang terjadi. Kamal Andesta, sekarang benar-benar pergi meninggalkanku. Pernikahan yang telah kami persiapkan pun kini hanya menjadi kenangan. Pernikahan yang seharusnya menjadi kado terindah, kini malah berubah menjadi perpisahan dan menjadi hadiah ulangtahun terburuk dalam hidupku.

Minggu, 09 September 2012

for the ex-man.... :)

Terkadang berat Melepas kau pergi Ku bertanya mungkinkah Kau sadari Bumi berputar Cuaca berganti Dan Ku tahu hatiMu t’lah menanti Thanks to the Ex Man For the beautiful moment And thanks to the Ex Man For the lessons I learn Ku bertanya apakah Kau mengerti Betapa Aku tetap menyayangi Begitu banyak Yang t’lah di jalani Dan tak mungkin mengharapMu kembali Thanks to the Ex Man For the beautiful moment And thanks to the Ex Man For the lessons I learn Thanks to the Ex Man For the beautiful moment And thanks to the Ex Man For the lessons I learn Terkadang berat Melepas Kau pergi Dan Ku tahu hatiMu t’lah menanti Bumi berputar Cuaca berganti Dan Ku yakin tak perlu Ku sesali Thanks to the Ex Man For the beautiful moment And thanks to the Ex Man For the lessons I learn Thanks to the Ex Man For the beautiful moment And thanks to the Ex Man For the lessons I learn Thanks to the Ex Man For the beautiful moment And thanks to the Ex Man For the lessons I learn Thanks to the Ex Man For the beautiful moment And thanks to the Ex Man For the lessons I learn


eX-man :: es nanas 

Sabtu, 16 Juni 2012

Tentang Aku, Kau dan Cinta Kita

Aku buta dan membutakan hatiku tentang duniamu
Bukan karena aku bodoh atau terlalu tegar
Tapi karena aku telah lelah menangisi semua


Kamu yang selalu mengagungkan cinta
kamu yang selalu berbisik rindu
tapi, kamu juga yang membuatku merasakan
seolah semua itu semu layaknya fatamorgana
Begitu sakit ku rasakan


Dan aku hanya bisa bertahan dan terus berharap
Semoga kelak kau kan menyadari betapa cinta ini ada
Dan selalu bersabar akan semua tingkah egomu


Keyakinan akan keabadian cinta kita
Terlanjur dalam tertanam di hati ini..

Minggu, 10 Juni 2012

bertahan dan menunggu

Aku terperangkap dalam penjara waktu Jauh, jauh dan terus menjauh Hanya bisa kulihat, tanpa bisa kusentuh Hanya bayangnya yang bisa ku rengkuh di saat ku rindu.. Aku terbelenggu dalam ukiran kenangan yang berlalu Perlahan, namun itu pasti... Ukiran itu semakin memudar seiring perjalanan waktu Tak bisa ku tangisi, hanya mungkin bisa ku renungi.. Waktu belum bisa memberiku kepastian.. Haruskah aku menunggu, menunggu di ujung ranting penantian cinta ini yang kian kering dan rapuh.. Aku masih bertahan, bahkan disaat hati mulai gerah tuk menunggu Disetiap dedaunan cinta ini, aku masih bisa bertahan dan hanya kata bertahan yang bisa terucap dari ujung lidahku Semoga waktu membuatku tak lama tuk menunggu Agar ku dapat menjaga keutuhan dan keindahan setiap ukiran kenangan itu....